Seiring ekonomi utama dunia bersiap menormalisasi kebijakan moneter pada 2025, sikap Bank of Japan yang semakin tegas menjadi sorotan utama pasar keuangan global. Jepang selama ini mempertahankan suku bunga sangat rendah bahkan negatif, yang menjadikannya sumber likuiditas global utama. Kini, di tengah inflasi yang terus bertahan dan kenaikan upah, Bank of Japan mulai memberikan sinyal hawkish yang lebih jelas.
Perubahan ini mendorong pelaku pasar untuk meninjau ulang penetapan harga aset berisiko, termasuk Bitcoin.
Selama lebih dari satu dekade, ekonomi Jepang mengalami inflasi rendah yang berkepanjangan dan pertumbuhan lemah, sehingga kebijakan moneter akomodatif menjadi standar. Namun, data terbaru menunjukkan inflasi domestik tetap tinggi, kinerja perusahaan membaik, dan negosiasi upah memberikan hasil lebih positif. Kondisi ini menjadi fondasi kuat bagi pengetatan kebijakan.
Saat Bank of Japan bersikap hawkish, dampaknya meluas melampaui pasar domestik Jepang. Melalui pergerakan nilai tukar, imbal hasil obligasi, dan arus modal global, perubahan kebijakan tersebut dapat turut memengaruhi aset berisiko tinggi seperti Bitcoin secara tidak langsung.
Harga Bitcoin saat ini bergerak konsolidasi di level tinggi, dengan penurunan tajam yang berulang diikuti rebound. Pola ini menunjukkan pasar yang terbelah. Sebagian investor tetap bullish untuk jangka panjang, sementara lainnya bersikap hati-hati di tengah perubahan kondisi makro.
Secara historis, Bitcoin cenderung menguat di masa pelonggaran likuiditas global, namun mendapat tekanan turun saat likuiditas mengetat. Oleh karena itu, faktor makroekonomi kini semakin berperan dalam dinamika pasar.
Pergeseran hawkish Bank of Japan berpotensi memengaruhi pasar kripto dalam tiga aspek:
Pertama, biaya pendanaan yen yang lebih tinggi mengurangi daya tarik carry trade tradisional. Sebelumnya, yen berbiaya rendah banyak digunakan untuk investasi pada aset berimbal hasil tinggi atau volatil. Saat biaya pendanaan naik, posisi tersebut kemungkinan akan dibuka kembali.
Kedua, selera risiko global bisa saja menurun sementara. Suku bunga lebih tinggi biasanya mendorong modal ke aset berisiko rendah, sehingga memberi tekanan pada aset kripto.
Ketiga, ekspektasi pasar kerap menggerakkan harga sebelum data aktual keluar. Bahkan jika dampak riil terbatas, perubahan sentimen dapat memicu volatilitas jangka pendek.

Chart: https://www.gate.com/trade/BTC_USDT
Dari sisi psikologis, $70.000 merupakan angka bulat penting. Secara teknikal, zona ini mencatat volume perdagangan yang besar. Jika Bitcoin menembus level ini secara signifikan, hal tersebut bisa memicu stop-loss atau strategi mengikuti tren, sehingga memperbesar volatilitas jangka pendek.
Peringatan analis bahwa Bitcoin bisa “dump below $70K” bukanlah prediksi pasti, melainkan penekanan bahwa penembusan level ini dapat mengubah struktur pasar.
Penting untuk dicatat, pasar tidak sepenuhnya bearish. Beberapa analis menilai dampak kebijakan Jepang sudah tercermin dalam harga, dan ekonomi besar lain mungkin mengambil langkah bertahap yang mendukung Bitcoin.
Dalam situasi ini, Bitcoin lebih berpotensi mengalami volatilitas lebar daripada penurunan satu arah. Pertarungan antara bull dan bear akan berfokus pada data makro dan ekspektasi kebijakan.
Pada tahap ini, investor sebaiknya mengutamakan manajemen risiko daripada bertaruh arah, dengan fokus pada:
Kesimpulannya, “Bitcoin akan dump below $70K berkat hawkish Japan” merupakan analisis skenario risiko, bukan kepastian. Memahami kerangka ini membantu investor mengambil keputusan lebih rasional di masa ketidakpastian.





