Baru-baru ini, pernyataan Menteri Keuangan AS, Besant, memicu perhatian luas di pasar. Dalam wawancara dengan CNBC, Besant meremehkan dampak depresiasi dolar, menganggapnya sebagai fenomena fluktuasi mata uang yang normal. Dia menunjukkan bahwa saat ini, melemahnya dolar terutama dipengaruhi oleh penguatan euro, dan menyatakan bahwa mengingat langkah-langkah stimulus fiskal di Eropa, penguatan euro dapat diprediksi.
Analis dari Société Générale, Keith Juxts, dalam laporan terbarunya menunjukkan bahwa pernyataan Bessent semakin memperkuat spekulasi pasar bahwa pemerintah Trump mungkin berniat mendorong penurunan nilai dolar. Juxts berpendapat bahwa sikap ini mungkin mencerminkan adanya pandangan di dalam pemerintah AS bahwa penurunan nilai dolar dapat membantu mengurangi defisit perdagangan.
Berdasarkan situasi saat ini, Zhukes telah membuat prediksi tentang pergerakan masa depan euro. Dia percaya euro mungkin naik menjadi 1,20 akhir tahun ini dan diharapkan mencapai level tinggi 1,25 di masa depan.
Perlu dicatat bahwa pergerakan nilai tukar dolar tidak hanya berkaitan dengan ekonomi AS, tetapi juga akan memiliki dampak mendalam pada pasar keuangan global. Pernyataan Besant mencoba menenangkan sentimen pasar, tetapi juga memicu lebih banyak pemikiran tentang arah kebijakan moneter AS.
Dalam lingkungan ekonomi yang kompleks ini, investor dan pembuat kebijakan perlu mengikuti dengan cermat pergerakan dolar dan potensi dampaknya. Pada saat yang sama, bank sentral di berbagai negara mungkin perlu menyesuaikan kebijakan moneter mereka untuk menghadapi kemungkinan fluktuasi nilai tukar.
Meskipun penurunan nilai dolar dapat membantu ekspor AS, hal ini juga dapat membawa tekanan inflasi dan perubahan aliran modal internasional. Oleh karena itu, bagaimana mencapai keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan akan menjadi tantangan penting yang dihadapi pemerintah AS.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
7 Suka
Hadiah
7
6
Bagikan
Komentar
0/400
GateUser-ccc36bc5
· 07-10 09:44
Amerika Serikat lagi bermain trik
Lihat AsliBalas0
WalletDoomsDay
· 07-10 07:25
又jebakan 吃相真难看
Lihat AsliBalas0
PumpBeforeRug
· 07-08 13:50
Mengguncang pasar, Meidi sangat licik.
Lihat AsliBalas0
DAOdreamer
· 07-08 13:45
Terlalu bisa dicuci... Siapa yang tidak tahu ini adalah point shaving!
Baru-baru ini, pernyataan Menteri Keuangan AS, Besant, memicu perhatian luas di pasar. Dalam wawancara dengan CNBC, Besant meremehkan dampak depresiasi dolar, menganggapnya sebagai fenomena fluktuasi mata uang yang normal. Dia menunjukkan bahwa saat ini, melemahnya dolar terutama dipengaruhi oleh penguatan euro, dan menyatakan bahwa mengingat langkah-langkah stimulus fiskal di Eropa, penguatan euro dapat diprediksi.
Analis dari Société Générale, Keith Juxts, dalam laporan terbarunya menunjukkan bahwa pernyataan Bessent semakin memperkuat spekulasi pasar bahwa pemerintah Trump mungkin berniat mendorong penurunan nilai dolar. Juxts berpendapat bahwa sikap ini mungkin mencerminkan adanya pandangan di dalam pemerintah AS bahwa penurunan nilai dolar dapat membantu mengurangi defisit perdagangan.
Berdasarkan situasi saat ini, Zhukes telah membuat prediksi tentang pergerakan masa depan euro. Dia percaya euro mungkin naik menjadi 1,20 akhir tahun ini dan diharapkan mencapai level tinggi 1,25 di masa depan.
Perlu dicatat bahwa pergerakan nilai tukar dolar tidak hanya berkaitan dengan ekonomi AS, tetapi juga akan memiliki dampak mendalam pada pasar keuangan global. Pernyataan Besant mencoba menenangkan sentimen pasar, tetapi juga memicu lebih banyak pemikiran tentang arah kebijakan moneter AS.
Dalam lingkungan ekonomi yang kompleks ini, investor dan pembuat kebijakan perlu mengikuti dengan cermat pergerakan dolar dan potensi dampaknya. Pada saat yang sama, bank sentral di berbagai negara mungkin perlu menyesuaikan kebijakan moneter mereka untuk menghadapi kemungkinan fluktuasi nilai tukar.
Meskipun penurunan nilai dolar dapat membantu ekspor AS, hal ini juga dapat membawa tekanan inflasi dan perubahan aliran modal internasional. Oleh karena itu, bagaimana mencapai keseimbangan antara mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas keuangan akan menjadi tantangan penting yang dihadapi pemerintah AS.