Pasar negara berkembang Asia tahun ini benar-benar menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Berdasarkan data terbaru, indeks saham negara berkembang Asia naik sebesar 1,3%, mencapai level tertinggi sejak Maret 2021, secara pasti membalikkan ekspektasi pesimis sebelumnya.
Di antara semua, performa KOSPI Korea Selatan paling mencolok—pertama kali menembus angka 4000 poin, dan won Korea juga mengikuti tren menguat di seluruh pasar mata uang Asia. Logika di baliknya cukup sederhana: Trump baru-baru ini mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara, yang berpotensi memberikan pembebasan tarif untuk produk ekspor utama, sehingga langsung meredakan kekhawatiran pasar terhadap perang dagang.
Ditambah lagi, dorongan dari saham teknologi membuat minat risiko investor meningkat secara signifikan. Seorang analis industri, Bondurri, menyatakan bahwa sinyal-sinyal ini “sangat konstruktif,” apalagi dengan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang belum sepenuhnya terealisasi, sehingga momentum pasar saham selanjutnya mungkin tetap kuat.
Singkatnya: Peredaan ketegangan geopolitik + ekspektasi pelonggaran dari Federal Reserve + rebound saham teknologi = badai sempurna untuk pasar negara berkembang Asia.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pasar saham Asia melambung tinggi, KOSPI Korea Selatan melewati angka 4000 poin untuk pertama kalinya
Pasar negara berkembang Asia tahun ini benar-benar menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Berdasarkan data terbaru, indeks saham negara berkembang Asia naik sebesar 1,3%, mencapai level tertinggi sejak Maret 2021, secara pasti membalikkan ekspektasi pesimis sebelumnya.
Di antara semua, performa KOSPI Korea Selatan paling mencolok—pertama kali menembus angka 4000 poin, dan won Korea juga mengikuti tren menguat di seluruh pasar mata uang Asia. Logika di baliknya cukup sederhana: Trump baru-baru ini mengumumkan kesepakatan perdagangan dengan negara-negara Asia Tenggara, yang berpotensi memberikan pembebasan tarif untuk produk ekspor utama, sehingga langsung meredakan kekhawatiran pasar terhadap perang dagang.
Ditambah lagi, dorongan dari saham teknologi membuat minat risiko investor meningkat secara signifikan. Seorang analis industri, Bondurri, menyatakan bahwa sinyal-sinyal ini “sangat konstruktif,” apalagi dengan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve yang belum sepenuhnya terealisasi, sehingga momentum pasar saham selanjutnya mungkin tetap kuat.
Singkatnya: Peredaan ketegangan geopolitik + ekspektasi pelonggaran dari Federal Reserve + rebound saham teknologi = badai sempurna untuk pasar negara berkembang Asia.