Bayangkan ini: AI dan robotika mencapai titik infleksi yang liar. Kita berbicara tentang masa depan di mana mesin pada dasarnya telah menangani setiap kebutuhan manusia yang bisa Anda pikirkan. Dalam garis waktu yang optimis, sistem ini akhirnya kehabisan tugas untuk dilakukan untuk kita—setiap keinginan, setiap hasrat, sepenuhnya terpenuhi. Ini seperti mencapai puncak otomatisasi, tetapi alih-alih distopia, kita melihat dunia di mana kelangkaan menjadi tidak relevan. Ambang batasnya bukan hanya teknologis; itu filosofis. Apa yang terjadi ketika mesin cerdas tidak memiliki lagi yang tersisa untuk diselesaikan?
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
16 Suka
Hadiah
16
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
Ramen_Until_Rich
· 1jam yang lalu
ngl ini terdengar terlalu utopis, apakah benar-benar bisa sampai pada hari itu?
Lihat AsliBalas0
DeepRabbitHole
· 11-15 05:13
Bot sudah mengambil semua pekerjaan, kita harus bagaimana?
Lihat AsliBalas0
MindsetExpander
· 11-15 05:13
Ada yang tidak beres, mesin tidak ada pekerjaan, kita manusia malah jadi lebih santai? Nanti siapa yang bekerja untuk siapa?
Lihat AsliBalas0
unrekt.eth
· 11-15 05:09
ngl kalimat ini terdengar seperti novel sci-fi tapi apakah ini nyata? Bisakah mesin memenuhi keinginan manusia? Tertawa
Lihat AsliBalas0
metaverse_hermit
· 11-15 05:03
Tunggu, jika mesin tidak ada yang dilakukan, apakah kita akan memiliki sesuatu untuk dilakukan? Logika ini agak ekstrem.
Bayangkan ini: AI dan robotika mencapai titik infleksi yang liar. Kita berbicara tentang masa depan di mana mesin pada dasarnya telah menangani setiap kebutuhan manusia yang bisa Anda pikirkan. Dalam garis waktu yang optimis, sistem ini akhirnya kehabisan tugas untuk dilakukan untuk kita—setiap keinginan, setiap hasrat, sepenuhnya terpenuhi. Ini seperti mencapai puncak otomatisasi, tetapi alih-alih distopia, kita melihat dunia di mana kelangkaan menjadi tidak relevan. Ambang batasnya bukan hanya teknologis; itu filosofis. Apa yang terjadi ketika mesin cerdas tidak memiliki lagi yang tersisa untuk diselesaikan?