Dua hari terakhir pasar cukup gaduh. Perak melonjak ke $76 per ons, emas menembus $4540, keduanya mencatat rekor tertinggi sejarah. Pasar saham AS juga tidak diam saja, indeks S&P 500 menyentuh 6936 poin. Satu-satunya yang agak memalukan adalah Bitcoin—berfluktuasi sekitar $87.000, turun lebih dari 30% dari puncak tahun ini.

Melihat datanya saja sudah cukup paham. Harga pada 27 Desember siang adalah $87.285, turun 0,41% dalam hari itu, masih berfluktuasi di kisaran $85.000 hingga $90.000. Dibandingkan dengan harga pembukaan awal tahun di $93.000, sudah turun 6,5%. Ini benar-benar bukan gambaran Bitcoin yang kita kenal.

Masih ingat Oktober awal? Bitcoin sempat mencapai rekor tertinggi di $126.210, saat pasar sedang sangat bersemangat. Tapi setelah itu, harganya mulai turun terus-menerus, dan akhirnya mencatat kuartal terburuk sejak Terra meledak pada kuartal kedua 2022.

Lebih menyakitkan lagi adalah pergerakan dana. ETF Bitcoin spot AS minggu ini mengalami keluar masuk bersih sekitar $500 juta, dalam dua bulan terakhir total keluar mencapai $4,3 miliar. Ini menunjukkan bahwa beberapa lembaga sedang menarik dana mereka sementara waktu, meninggalkan pasar yang dulu sangat diminati.

Mengapa bisa begitu? Logika di baliknya sebenarnya tidak rumit. Aset tradisional biasanya menunjukkan performa kuat di akhir siklus kenaikan suku bunga, sementara aset kripto sebagai instrumen berisiko tinggi cenderung diabaikan dalam kondisi seperti ini. Ditambah lagi, ekspektasi pasar terhadap berita baik jangka pendek sedikit menurun, sehingga dana secara alami mencari tempat yang lebih aman.

Namun, dari sudut pandang jangka panjang, fluktuasi semacam ini tidak banyak mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Yang penting tetap melihat fundamental dan arah kebijakan di masa depan. Saat ini, semua orang sedang menunggu sinyal pasti berikutnya muncul.