Perkembangan harga perak akhir-akhir ini cukup tajam—harga telah mendekati $80/ons, dengan kenaikan sebesar 170% sepanjang tahun 2025. Logam industri yang sebelumnya tertutupi oleh kilauan emas ini, tiba-tiba menjadi pusat perhatian global.

Bahkan Elon Musk pun mengeluarkan pernyataan: "Ini adalah masalah. Perak sangat diperlukan dalam banyak proses industri."

Namun, secara kasat mata hanya fluktuasi harga komoditas, kenyataannya jauh lebih kompleks.

Tekanan sebenarnya berasal dari rantai pasok itu sendiri. China akan memberlakukan kontrol ekspor mulai Januari 2026, sekitar 60% dari bisnis pemurnian perak di seluruh dunia membutuhkan izin—ini secara langsung menghambat saluran utama rantai pasok global. Ditambah lagi dengan kekurangan struktural selama 5 tahun berturut-turut, pasar memperkirakan akan ada kekurangan permintaan sekitar 250 juta ons.

Apa artinya ini? Artinya biaya produksi industri secara keseluruhan akan meningkat. Kendaraan listrik Tesla, panel surya, satelit Starlink, pusat data AI—semua industri masa depan ini bergantung pada perak. Permintaan tidak akan berkurang, malah terus meningkat karena transisi energi baru dan peningkatan teknologi.

Jadi, Anda akan melihat harga kendaraan listrik naik, biaya proyek energi hijau melonjak, dan kesulitan dalam pembuatan chip—ini bukan sekadar permainan angka di bursa, melainkan tekanan inflasi nyata yang bisa dirasakan oleh setiap orang di dompet mereka.

Yang menarik, saat sistem keuangan tradisional tampak kewalahan menghadapi gangguan rantai pasok, dunia blockchain justru sedang mencoba membangun solusi baru. Inilah mengapa beberapa lembaga mulai memperhatikan potensi aplikasi blockchain dalam likuiditas komoditas dan lindung nilai risiko. Krisis sering kali berarti rekonstruksi sistem lama, dan peluang teknologi baru pun muncul dari situ.