#比特币与黄金战争 Masuk ke dunia ini baru sadar betapa kejamnya kenyataan.

Awalnya aku cuma pemula—siapa yang teriak-teriak di grup, aku ikutan beli, grafik K-line sama sekali gak ngerti tapi tetap nekat all-in. Nama-nama "koin potensial" yang aneh-aneh malah yang paling aku beli. Dengan polosnya aku pikir sembarang beli bisa langsung melipatgandakan uang.

Kenyataan memberi aku tamparan keras. Saat pasar naik aku gak sempat ikut, saat turun aku gak pernah lepas. Modal aku potong dari satu sisi ke sisi lain, sampai akhirnya angka di akun aku gak berani aku lihat. Orang tua mertua malah lebih parah—mertua lihat aku masih ngintip chart, langsung nyinyir, "Kalau punya tenaga segitu, mending bayar cicilan rumah aja!" Kata-kata itu menusuk ke paru-paru, rasanya gak karuan, bikin orang jadi gila.

Titik balik datang dari istri. Dia gak maki aku, malah tunjukkan catatan transaksi dan buku keuangan rumah, biar aku hitung sendiri. Kerugian ini setara dengan uang susu anak selama tiga bulan. Penurunan nilainya sama dengan gaji satu bulan penuh. Dia menghela napas dan bilang, "Ini bukan kasino, ini uang buat kita hidup."

Saat itu aku benar-benar sadar. Aku bukan kehilangan pasar, tapi mengubah transaksi jadi sekadar gengsi.

Kemudian dia buatkan aturan—dilarang total pakai seluruh modal, hindari ikut-ikutan, langsung pass kalau gak ngerti grafik K-line. Setiap mau order, aku harus diskusi dulu sama dia. Eksekusi yang terdengar terbatas sebenarnya adalah cara aku pasang rem.

Uang memang tumbuh lambat, tapi aku gak lagi begadang ngintip chart, detak jantung gak lagi kencang. Sekarang pola pikir aku lebih stabil—melihat fluktuasi secara rasional, menjalankan rencana dengan disiplin. Hidup jadi lebih ringan.

Kalau aku lihat ke belakang, orang yang paling harus aku syukuri adalah dia. Kalau bukan dia yang dorong aku, mungkin aku masih aja ngeyel di situ.