Pada akhir November, saya menyaksikan sebuah peristiwa yang cukup membuat hati setiap peserta DeFi berdegup kencang.

BNB tiba-tiba jatuh dari lebih dari 600 dolar ke 550. Saat itu, seluruh pasar dipenuhi dengan kepanikan. Saya memiliki posisi pinjaman di ListaDAO, dengan rasio jaminan yang awalnya stabil di 150%. Melihat pasar yang tiba-tiba anjlok seperti itu, posisi saya sudah dekat dengan garis likuidasi. Sejujurnya, saat itu saya benar-benar merasa tidak yakin.

Namun yang ajaib, posisi saya akhirnya tidak dilikuidasi.

Baru kemudian saya mengerti, kunci keberhasilan itu terletak pada oracle yang digunakan oleh ListaDAO yang cukup cerdas—tidak hanya memperbarui harga dengan cepat, tetapi juga mampu menyaring penawaran yang jelas-jelas anomali. Inilah garis pertahanan yang menyelamatkan saya sekali.

Peristiwa ini memicu pemikiran saya. Saya mulai memikirkan secara serius tentang peran oracle dalam ekosistem DeFi. Jujur saja, sebelumnya saya terlalu menyederhanakan fungsi oracle—hanya sebagai alat pengumpul harga, memindahkan data dari bursa ke blockchain, rasanya tidak terlalu sulit. Tapi setelah pengalaman ini, saya menyadari sepenuhnya: kualitas oracle secara langsung menentukan apakah aset Anda akan tiba-tiba dilikuidasi atau tidak.

Apa yang sebenarnya terjadi hari itu?

Malam tanggal 27 November, sekitar pukul 21.00, BNB di sebuah bursa kecil mengalami sebuah penjualan besar yang mencengangkan, sehingga harga secara paksa turun ke 550. Tapi likuiditas di bursa itu sangat dangkal, volume perdagangan harian mungkin kurang dari puluhan juta dolar. Kemungkinan besar ini adalah kesalahan transaksi, atau API bursa tersebut mengalami gangguan. Pada waktu yang sama, harga di bursa utama masih berfluktuasi normal di kisaran 590-595.

Kalau kita menggunakan solusi oracle paling sederhana—misalnya, mengambil rata-rata dari beberapa bursa—hasilnya akan seperti apa? Dari 5 bursa, 4 memberi harga 590, 1 memberi 550, maka rata-ratanya menjadi 578. Tampaknya tidak masalah, tapi jika dikalikan leverage, dikalikan posisi ratusan ribu, dan dikalikan dengan risiko likuidasi… konsekuensinya bisa sangat berbeda.

Inilah mengapa penyaringan harga abnormal tampak seperti detail kecil, tetapi sangat krusial. Sistem oracle yang dirancang dengan baik harus mampu mengenali "harga black swan"—yang biasanya berasal dari bursa dengan likuiditas rendah, mungkin karena gangguan teknis, atau kesalahan manusia, tetapi apapun itu, harga tersebut tidak boleh dianggap sebagai harga pasar yang sebenarnya.

Saya kemudian mempelajari beberapa solusi oracle dari protokol DeFi utama dan menemukan bahwa sistem yang baik biasanya mengadopsi mekanisme verifikasi ganda: tidak hanya melihat harga dari bursa utama yang berbobot, tetapi juga merujuk pada harga dari DEX di chain, dan juga menetapkan batas atas dan bawah volatilitas harga sebagai peringatan. Dengan kata lain, tidak semua sumber data harus dipercaya sepenuhnya.

Ini memberi saya pemahaman baru tentang manajemen risiko di DeFi. Mekanisme likuidasi di protokol pinjaman mungkin terlihat dingin, tetapi sebenarnya adalah jaminan penting agar ekosistem tetap sehat. Kuncinya adalah bagaimana merancangnya agar lebih adil dan tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi ekstrem. Dan oracle berada di persimpangan jalan ini.

Bayangkan jika hari itu posisi saya dilikuidasi—saya akan kehilangan sejumlah besar jaminan, bahkan mungkin tidak bisa mengembalikan pokoknya. Tapi berkat mekanisme pembaruan harga yang cukup cerdas, ketakutan semu ini akhirnya menjadi pelajaran nyata tentang manajemen risiko. Inilah alasan mengapa saya kemudian lebih berhati-hati dalam memilih protokol pinjaman—bukan hanya melihat tingkat pengembalian, tetapi juga apa oracle yang mereka gunakan, sumber data apa saja, dan bagaimana aturan penyaringannya dirancang.

Di dunia DeFi yang berkembang pesat ini, detail sering menjadi pembeda antara hidup dan mati. Oracle mungkin tampak tidak terkenal, tetapi sebenarnya sangat penting.