Dalam beberapa waktu terakhir, saya mengikuti catatan trading dari seorang trader berpengalaman, 16 kali profit, 1 kali rugi, 1 kali impas, tingkat keberhasilannya memang cukup bagus. Tapi dia sendiri juga mengakui—baru-baru ini pasar tidak banyak berfluktuasi, setiap transaksi tidak menghasilkan banyak uang, itu adalah gaya operasi yang stabil dan konservatif.

Dia menyampaikan satu pandangan inti yang membuat saya terkesan: melakukan trading pada dasarnya adalah merencanakan trading, bukan mengandalkan keberuntungan. Sebelum menempatkan order, harus memikirkan tiga hal—di mana stop loss, berapa kerugian yang akan ditarik, dan berapa batas toleransi kerugian. Tidak peduli apakah kamu mengikuti strategi orang lain atau membuat penilaian sendiri, anggaran kerugian ini wajib ada.

Tentang pengaturan stop loss, dia berbagi logika yang menarik. Misalnya pada aset besar seperti Bitcoin, ada yang terbiasa dengan stop loss longgar (misalnya 3000 poin), dan ada yang suka dengan stop loss ketat (misalnya 1000 poin). Sekilas, jarak kerugian ini terlihat jauh berbeda. Tapi sebenarnya, orang yang menetapkan stop loss 3000 poin bisa menanggung kerugian hanya sekitar 1000 dolar, dan orang yang stop loss 1000 poin juga bisa menanggung kerugian yang sama—yaitu 1000 dolar—perbedaannya terletak pada ukuran posisi.

Jadi, logikanya menjadi jelas: jika jarak stop loss kamu cukup lebar, maka harus mengurangi ukuran posisi; jika jarak stop loss lebih ketat, bisa menambah posisi secara moderat. Dengan begitu, dalam kondisi terburuk, kerugian tetap dalam batas toleransi kamu. Singkatnya, manajemen risiko selalu harus didahulukan daripada keuntungan.